Senin, 18 Juli 2016

Another Rant: Kritis Apa Sinis?



   Halohai mohon maaf lahir batin, belum sampai tiga tahun udah ketemu lagi nih sama saya.
   Rupanya saya masih inget blog ini yah hahaha.





   Alasan saya inget blog ini lagi-lagi cuma buat menggerutu. Kali ini soal apa? Kok kayaknya hidup saya banyak banget masalahnya sih. Well, pasti sudah pada denger dong soal Pokemon GO? Ituloh game mobile yang akhir-akhir ini dibahas terus di tv yang kayak udah gaada bahan lain saja. Dan kalau masih ada yang ingat tentang saya, dari dulu saya sudah menjadi penggemar franchise Pokemon itu sendiri. Sejak game ini diumumkan tahun lalu juga saya sudah sangat bersemangat. Bagaimana tidak? Dari dulu impian saya untuk menangkap monster-monster unyu tersebut secara "nyata" yang selama ini cuma bisa dilakukan di konsol, sekarang bisa terealisasikan dan bahkan dapat dilakukan di seluruh belahan dunia ini. Senangnya lagi ternyata game ini bisa booming dan diterima bahkan semua kalangan. Saya jadi banyak temen main deh sekarang. Udah? Yah kalau emang begitu doang sih saya gak akan nulis disini sekarang.

   Namanya orang Indonesia sih yah. Dikit-dikit kalau ada apa yang terjadi pastiii dicari sesuatu yang buruknya. Apesnya Pokemon GO yang ajaibnya udah bisa dimainkan di Indonesia untuk ranah negara Asia ini tidak luput dari pemikiran-pemikiran "kritis" orang-orang Indonesia tersebut. Ibu-ibu atau bukan, pasti pernah deh baca atau engga lihat pesan di media sosial seperti:

   "POKEMON GO BERBAHAYA"
   "JANGAN MAIN POKEMON GO! KITA DITIPU!", atau
   "ASTAGHFIRULLAH TERNYATA INI ARTI KATA POKEMON"

   Ada juga yang mereferensikan ke berita kasus di koran harian tertentu edisi belasan tahun yang lalu yang kasusnya sendiri sudah selesai dan diakui merupakan kesalahan teknis dan pihak Pokemon sendiri mencoba menebus dosanya dengan tidak lagi memperlihatkan Pokemon yang diberitakan untuk tidak membuat orang-orang ingat pada kejadian itu. Yang kayak gini ini biasanya ditemukan di website-website berisikan ibu-ibu muda kepo tukang gosip. Tujuannya? Cuma bikin traffic atau popularitas website tersebut naik. Fakta atau bukti dari isinya? Nol tentu saja. Kalau di media barat kita biasanya lihat hal serupa tapi tentang iklan mlm, obat dan alat kesehatan, atau bahkan, ehem, porno-pornoan, di Indonesia sibuk bahas kembali hoax yang udah belasan tahun lamanya. Tapi beneran coba deh cari di kamus bahasa Ibrani atau apadeh yang mereka sebut itu arti kata Pokemon ada engga disana. Wong Pokemon sendiri itu cuma singkatan dari "pocket" dan "monster" biar enak diucap aja. Tapi tentu saja karena kita orang Indonesia kita tidak perlu yang namanya fakta, yang kita perlukan cuma sensasi dan ekspoilatasi. Bodoh memang kalau mau benar-benar dipikir artikel atau berita-berita seperti diatas. Tapi ya banyak aja yang percaya. Gak berhenti percaya aja, mereka akan menyebarkannya dan membuat bualan tersebut seakan nyata karena banyaknya orang yang ikut-ikutan menceritakannya.

   Tidak mau ketinggalan, media seperti televisi pasti akan ikut-ikutan. Tapi tidak dengan hal yang berbau supranatural, ini lebih serem lagi, pakenya tentang tragedi-tragedi atau insiden yang melibatkan game Pokemon GO tersebut. Waduh semakin keringet dingin dong ibu-ibu muda kepo kita. Hasilnya ya mereka bakal melarang anak-anak mereka atau orang-orang lain buat main game tersebut. Padahal kan positifnya aja lebih banyak loh. Bikin orang mau keluar dan bersosialisasi, ikut melancarkan usaha yang ada, dan tentunya merealisasikan impian pada para fansnya. Lama-kelamaan jadi memboikot perusahaan Niantic dan GameFreak itu sendiri dari dasar ketakutan tak berdasar mereka. Lah tapi kan gaada efeknya ke saya? Ada loh sebenernya. Tahu gak sih kalau Indonesia sudah dicabut ijinnya buat menyelenggarakan turnamen Pokemon resmi? Dan buat yang gatau, game Pokemon yang asli itu sendiri sudah diakui sebagai e-sport yang mendunia dan hadiahnya tidak main-main. Jadi kalau ijinnya aja udah dicabut ditambah ada misalnya boikot dari orang-orang kejang urat seperti itu, gimana Indonesia dibolehin bikin turnamen resminya lagi?

   Being a fan of a certain franchise aside, kasus-kasus lain sebenernya juga sudah memperlihatkan tidak eloknya orang-orang Indonesia. Presidennya sendiri aja tidak luput dari prasangka buruk rakyatnya. Dikit-dikit didebatin, dikit-dikit diikutin, dikit-dikit jadi bukit. Pada akhirnya saya tidak mau menyalahkan media-media penyebar hoax atau berita-berita buruk tersebut atau juga ibu-ibu muda kepo yang sudah berapa kali saya mention disini, pastinya mereka rakus duit atau cuma memikirkan yang terbaik buat anak-anak mereka. Toh, masih banyak kok yang bisa mencerna dan menyampaikan informasi dengan baik. Saya cuma berharap kita bisa lebih bijak dan cerdas dengan apa yang kita dengar dan lihat. Jangan sampai kita jadi hakim buta yang suka memberi dakwa padahal belum paham betul apa yang dipermasalahkan. Tapi yaaah saya ini apa sih bisanya cuma menggerutu disini engga lakuin apa-apa buat adanya perubahan. Entahlah. Tentu akan menarik melihat akan jadi seperti apa Indonesia kedepannya dengan pemikiran orang-orang yang kita punyai sekarang. Bilangnya sih diajak berpikir kritis, tapi beneran kritis apa cuma sinis?

   Sampai juga lagi tiga tahun mendatang. Ya, atau doain aja saya lagi kesel lagi.

   S E B A R K A N ! ! !
   ORANG INDONESIA HARUS TAHU!!!

                                                                                                                                     "ijin share ya bun"
#FYI: Saya Team Instinct
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah yang baik.